Dokter kalau
mau memberi obat kepada pasien, pasti di cari tahu dulu apa sih penyakit si
pasien. Apa sakit perut, kepala, tulang, sendi, paru-paru, atau yang lainnya.
Bayangkan saja kalau ada pasien sakit maag, sama dokter di beri obat sakit
gigi. Apa yang terjadi… sembuh nggak itu orang punya penyakit. Nggak lah,
jadi-jadi malah nambah sakit yang lain gara-gara efek samping obat. Belum sembuh
itu sakit maag, tapi efek samping obat gigi nambahi penyakit..
Untungnya,
sebelum dokter memberi obat kepada pasien, dokter-dokter mencari tahu dulu (diagnosa)
apa penyakit si pasien. Dengan hati-hati memutuskan apa ini sakit maag, sakit
usus, sakit ginjal, apa sakit apa. Memastikan apa masalah dan penyakit yang
ada, baru setelah tahu penyakit, dipilih itu Obat oleh sang dokter.
PERSIS..
Itu gambaran
pentingnya Diagnosa dalam memulai sebuah training. Perlunya need assessment dalam menyiapkan
training. Perlunya informasi klien untuk memastikan resep training yang akan
fasilitator berikan tepat pada sasaran ataupun masalah yang dihadapi klien, ataupun
sesuai dengan harapan yang di bawa klien dan peserta ke dalam training.
Kecuali anda
sedang mengadakan training publik, yang terbuka bagi semua orang. Mengharapkan
agar orang berbodong-bondong mengikuti training anda, maka tidak masalah anda
tidak melakukan diagnose. Karena anda memulai bukan untuk suatu organisasi,
suatu perusahaan, atau klien darimanapun. Anda memulai nya dari ingin membagi
ilmu mungkin, atau dari pekerjaan anda sebagai Event Organizer, ataupun dari
harapan akan datangnya keuntungan. Yang manapun, jika tidak ada klien khusus yang
membutuhkan training atau outbound anda, tak masalah anda tidak memualai proses
nya dengan diagnose, tapi dari apa yang anda sendiri harapkan.
Tapi, jangan
lupa, kali ini kita sedang membicarakan masalah klien yang meminta fasilitasi
dari kita untuk training atau outbound orang-orang nya, entah itu keluarganya,
sahabat-sahabat SMA nya, karyawannya, anggota organisasi nya, atau untuk para
tetangganya barangkali.
Sehingga
kita harus tahu dulu informasi, sebagaimana seorang dokter. Untuk dapat
memfasilitasi mereka dengan fasilitas yang tepat, sesuai harapan, dan menghasilkan
nilai tambah.
Saya harap
sampai di sini kita memahami pentingnya Diagnosa. Anda akan salah resep jika
memberikan resep dengan informasi yang salah.
Bahkan
ketika informasinya benar, kadang masih juga sering ada kesalahan, apalagi jika
100% informasi salah.
Fasilitasi
Klien dengan memberikan Diagnosa yang optimal. Meski klien sudah memperkirakan
diagnosanya sendiri, namun diagnose-nya itu bisa jadi salah. Seperti jika ada
pasien mengatakan saya sakit asma, karena sering sesak nafas. Ketika sang
dokter memeriksa ternyata sang pasien mengalami gangguan paru-paru kronis.
Jika
ditangani dengan standar pengobatan asma, penyakit aslinya bisa jadi tidak
tertangani.
Gambaran ini
sama, ketika ada klien minta untuk difasilitasi dalam outbound untuk membangun
loyalitas staffnya. Klien mengeluhkan bahwa karyawan-karyawannya sering dan
banyak yang resign. Sehingga mempersulit
posisi perusahaan. Cerita ini berlanjut dengan tim fasilitator melakukan diagnosa
(need assessment). Dan ternyata
didapatkan informasi bahwa resign disebabkan
karena situasi antar karyawan yang masing-masing kurang bersahabat. Sehingga suasana
kerja sama sekalii tidak menyenangkan, dan banyak karyawan tidak tahan terhadap
tekanan itu.
Lihat,,
dalam cerita ini ternyata klien salah mengerti masalah inti dan sebenarnya dari
organisasinya. Jadi ketika kita tahu ada yang salah dari informasi, yang 1#
kita bisa menyampaikan kepada klien dan memberi saran. 2# kita bisa membuat
model outbound yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang diharapkan klien.
Pentingnya
Diagnosa membuat proses ini begitu berharga untuk ditinggalkan. Karena salah
resep akan menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
Semoga anda
sudah membaca resep diagnose 1#, bagian yang akan memperlihatkan informasi apa
saja yang perlu digali dalam sebuah diagnosa.
DIAGNOSA
TEPAT, RESEPNYA MANTAP, HASILNYA HEBAT
0 comments: